Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan suri tauladan bagi seluruh umat manusia, dalam diri beliau terdapat akhlak yang mulia. Akhlak Rasulullah adalah akhlak Qur’an. Beliau mencontohkan kepada kita bagaimana berperilaku dalam keseharian kita. Dari hal-hal yang kecil, hingga perkara-perkara yang besar.
Sakit merupakan ketentuan dari Allah, di dalamnya mengandung banyak hikmah, bagi mereka yang sakit, dan mereka yang sehat, sebagaimana dalam haditsnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahwa bagi mereka yang sakit, ia dapat menggugurkan dosa
sebagaimana pohon menggugurkan daunnya. Bagi mereka yang sehat, ia menjadi pengingat betapa besarnya nikmat yang Allah berikan berupa kesehatan. Dan menjadi ladang amal bagi mereka yang sehat, karena dengan menjenguk orang sakit, banyak keutamaan yang akan ia dapatkan.
Menjenguk orang sakit diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Al-Bara bin Azib radhiyallahu anhu meriwayatkan, “ Nabi menyuruh kita tujuh hal dan melarang kita tujuh hal. Beliau menyuruh kita untuk mengantarkan jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang teraniaya, melaksanakn sumpah, menjawab salam, dan mendoakan orang yang bersin. Dan beliau melarang kita memakai wadah (bejana) dari perak, cincin emas, kain sutera, dibaj (sutera halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq (sutera tebal).” (Bukhari no.1239; Muslim no.2066)
Hadits-hadits yang memerintahkan kita untuk menjenguk orang sakit, membuat Imam Bukhari membuat “ Bab Wujubi ‘Iyadatil-Maridl” (Bab Kewajiban Menjenguk Orang Sakit) di dalam kitab shahih nya.
Imam Nawawi mengutip kesepakatan ulama bahwa menjenguk orang sakit hukumnya bukan fardhu ‘ain (melainkan wajib kifayah).
Di antara keutamaan menjenguk orang sakit, sebagaimana yang Rasulullah kabarkan dalam beberapa haditsnya sebagai berikut,
Dari al-A’masy ia berkata, “ Kami duduk pada suatu majlis, maka ketika kami tidak melihat seorang sahabat selama tiga hari, kami menanyakan kemana dia. Jika ia sakit, maka kita menjenguknya.”
Inilah karakteristik atau ciri khas seorang penghuni Surga, yaitu gemar menjenguk saudaranya yang sakit. Sebagaimana yang terdapat dalam hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika beliau bertanya,
“ Siapa di antara kalian yang berpuasa pada hari ini?”
Semua orang terdiam kecuali Abu Bakar yang menjawab,
“ Saya, wahai Rasulullah.”
Rasul bertanya lagi,
“ Siapakah yang telah bersedekah kepada kaum papa pada hari ini ?”
Lagi-lagi tidak ada yang menjawab selain Abu Bakar,
“Saya, wahai Rasulullah.”
Untuk yang ketiga kalinya, Rasul bertanya,
“ Siapakah yang telah menjenguk orang sakit hari ini?”
Tidak ada yang menjawab selain Abu Bakar,
“ Saya, wahai Rasulullah.”
Rasul bertanya lagi,
“ Siapakah yang telah mengantarkan jenazah pada hari ini?” Abu bakar menjawab,
“ Saya, wahai Rasulullah.”
Rasul bertanya kembali,
“ Siapakah yang telah mendamaikan dua orang yang berselisih pada hari ini?”
Abu Bakar menyahut,
“ Saya, wahai Rasulullah.”
Rasulullah bersabda,
“ Tidaklah seorang mukmin mengerjakan satu kebaikan di antara perbuatan tersebut kecuali satu pintu dari pintu-pintu surga kelak akan berseru di hari kiamat ‘ Mari masuklah ke sini.’”
Siapa di antara kita yang tidak ingin menjadi penghuni surga? Maka menjenguk orang sakit sunnah Rasulullah yang agung. Tidak hanya cerminan dari rasa kemanusiaan namun juga bagian dari ukhuwah.
Dari Tsauban dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا عَادَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ
“ Sesungguhnya seorang muslim bila menjenguk saudaranya sesama muslim maka ia terus menerus berada di khurfatil jannah hingga ia pulang (kembali).” (HR. Muslim no. 6498)
Ali radliyallahu ‘anhu berkata, “ Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُوْدُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلاَّ صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلاَّ صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ، وَكَانَ لَهُ خَرِيْفٌ فِي الْجَنَّةِ
“ Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim yang lain di pagi hari melainkan 70.000 malaikat bershalawat atasnya (memintakan ampun untuknya) hingga ia berada di sore hari. Dan jika ia menjenguknya di sore hari maka 70.000 malaikat bershalawat atasnya (memintakan ampun untuknya) hingga ia berada di pagi hari. Dan ia memiliki buah-buahan yang dipetik di dalam surga.” (HR. At-Tirmidzi no. 969, dishahihkan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 5767 dan Ash-Shahihah no. 1367)
Menjenguk mereka yang sakit, bukan saja melaksanakan hak muslim kepada sesama muslim, namun di dalamnya juga mengandung keutamaan bagi mereka yang menjenguk. Maka Jangan jadikan sunnah ini sebagai perintah saja, namun jadikan ia kebutuhan bagi kita.
Dari Jabir bin Abdillah, “ Orang yang menjenguk orang sakit selalu berada dalam rahmat Allah, walaupun ia hanya duduk.” (Riwayat al-Baihaqi dan Ahmad, hadits shahih)
Hadits-hadits tersebut dapat menjadi motivasi bagi kita, untuk selalu berpegang teguh kepada sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan semoga kita mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah ta’alaa.
Adapun bagi kita ketika menjenguk saudara kita yang sakit, maka ada beberapa adab yang perlu diperhatikan.
a. Niat menjenguk karena Allah ta’alaa
Keyakinan bahwa menjenguk orang sakit adalah ibadah, bukan hanya dilandasi rasa persahabatan, kemanusiaan, ataupun niat yang lainnya. Sehingga jika kita niatkan ibadah kepada Allah, kita dapat meraih keutamaan-keutamaan yang terkandung di dalamnya. Maka landasilah setiap amalan kita dengan keikhalasan hanya untuk Allah ta’alaa, sampai menjenguk orang sakit sekalipun. Ini adalah point pertama yang penting, karena tanpanya, tidak akan bermakna delapan point berikutnya, sebagaimana sabda Nabi shallallalhu ‘alaihi wa sallam, “ Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu tergantung niatnya.”
b. Berilah kesan yang baik
Dalam artian tidak menimbulkan kekhawatiran bagi yang dijenguk ataupun bagi yang menjenguk. Dalam suatu riwayat ketika ‘Aly bin Abi Thalib baru keluar dari menjenguk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sedang sakit. ‘Aly bin Abi Thalib ditanya oleh para sahahbat, di antaranya ada Abdullah bin ‘Abbas, “ Bagaimana keadaan Rasulullah?” ‘Aly bin Abi Thalib menjawab, “ Alhamdulillah beliau baik-baik saja.” (Riwayat al-Bukhari, hadits shahih)
Riwayat ini memberikan petunjuk kepada kita, bahwa, kita tidak boleh memberikan kecemasan kepada mereka yang menjenguk. Namun berikanlah kesan yang dapat melegakan mereka yang menjenguk.
c. Menghibur mereka yang sedang sakit
Sehingga dapat membangkitkan rasa sabar dan percaya diri pada diri mereka. Menghibur untuk meringankan keluhannya, dan menghilangkan kesedihannya. Memberikan kabar gembira, bahwa jika ia bersabar maka akan bernilai pahala yang besar di sisi Allah, sebagaimana dalam firman Allah ta’alaa dalam surat asy-Syu’araa
“ Maka apabila aku sakit, maka Allahlah yang akan menyembuhkanku.”
Keyakinan inilah yang harus kita tanamkan. Bahwa sakit ini dari Allah dan Allahlah yang akan memberikan kesembuhan dan obat. Sehingga dengan menjenguk akan meningkatkan motivasi dan kepercayaan dirinya untuk sembuh.
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata, “ Kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila datang menjenguk orang sakit, beliau bersabda, (beliau mengatakan kepada yg sakit) ‘ laa ba’sa thohurun insyaAllah.’ (Tidak apa, semoga menjadi penghapus dosa, jika Allah menghendakinya). (Riwayat al-Bukhari, 3347. Hadits shahih)
d. Berdoa untuk kesembuhan orang yang sakit.
Dari Aisyah radliyallahu ‘anhaa berkata, “ Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengunjungi orang yang sedang sakit maka ia mengusap orang sakit dengan tangan kanannya sambil membaca, ‘ Allahumma Robbannas, Adz-hibil ba’sa isyfi antasy-syafi la syifa’a illa syifa’uka syifa’an la yughadiru saqoman (Ya Allah Tuhan dari manusia, hilangkan segala penyakit, sembuhkanlah, hanya Engkau yang dapat menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali dari padaMu, kesembuhan yang tidak dihinggapi penyakit lagi).” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Maka hendaknya ketika kita menjenguk orang sakit, kita tidak lupa mengucapkan doa ini kepada mereka yang sakit, mudah-mudahan Allah mengabulkan doa kita.
Ada juga hadits shahih dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhumaa, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ Siapa yang menjenguk orang sakit yang belum tiba ajalnya, kemudian dibacakan do’a ini tujuh kali, pasti Allah menyembuhkannya dari penyakit itu. As-alullahal adhim, robbal arsyil adhim an-yasyfiyaka 7x” (Aku mohon kepada Allah yang Maha Agung. Tuhan pemilik ‘Arsy yang besar, semoga Allah menyembuhkanmu). (Riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan al-Hakim)
e. Jangan menakut-nakuti
Apa yang kita sampaikan kepada saudara kita yang sedang sakit maupun keluarganya, harus benar-benar kita perhatikan. Ucapkanlah kalimat-kalimat yang baik, yang dapat menumbuhkan motivasi atau meringankan musibah yang mereka alami. Jangan sampai, apa yang kita sampaikan malah menimbulkan rasa takut dan cemas terhadap yang sakit maupun keluarganya.
Diantara yang dapat menimbulkan rasa takut adalah cerita atau kabar bahwa seseorang mengalami hal yang sama, namun berakhir dengan cacat seumur hidup, dengan kematian….; kalaupun maksud yang bercerita adalah agar keluarga si sakit berhati-hati dan waspada terhadap musibah yang diderita, maka alangkah baiknya jika di kemas dengan kalimat-kalimat yang baik.
f. Jangan terlalu lama menjenguk
Setelah kita selesai menghiburnya, selesai mendoakannya maka kemudian kita minta izin untuk pamit. Hal ini bertujuan agar saudara kita yang sakit dapat lebih lama beristirahat. Karena dengan beristirahat, dapat mempercepat proses penyembuhannya.
Wallahu a’lam.
Sumber : Alislamu.com